KonoSuba Volume 4 - Epilogue

 -Kantor Uskup-

“—Itu mengakhiri laporannya. Krisisnya telah terselesaikan.”

Setelah laporan itu diberikan kepadaku, aku mengambil nafas dalam-dalam untuk menenangkan jantungku yang berdetak kencang.

Pendeta itu yang memberikan laporan itu kepadaku pasti sama sepertiku, berakting keren di luar, tapi merasa senang dengan tidak tahan ingin mengeluarkannya.

Sejak barusan, dia telah menutup matanya dan mengucapkan perkataan terima kasih.

“Memurnikan mata air panas dari seluruh kota dengan dirinya sendiri. Diatas itu, racun dari Hans pemimpin pasukan raja iblis dan serpihan dari tubuhnya telah dibersihkan semua—“

Selagi dia membaca laporan itu, suaranya gemetar.

“Untuk membersihkan sisa-sisa dari pemimpin pasukan raja iblis, sejumlah besar dari arch priest terbaik akan membutuhkan beberapa bulan untuk menyelesaikannya. Tapi—“

“Benar, dan… penampilan dari orang agung itu…”

Pendeta yang datang untuk melapor berkata dengan emosional. Suaranya bergemetar.

“Rambut biru, mata biru, mengenakan hagoromo dengan bermartabat dan penampilan yang cantik.”

Itu benar.

Kegembiraannya membuat dia jatuh pingsan.

“Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Haruskan kita mengumumkan ini ke kultus di kota ini…”

“Tentu saja. Namun, kita perlu memberitahu mereka secara pribadi. Orang agung itu mungkin mengunjungi kota ini untuk bermain lagi. Saat waktunya tiba, kita perlu memberitahu mereka untuk tidak bertingkah terlalu hormat, dan jangan berbicara dengannya dengan terlalu santai… juga, apa yang terjadi dengan sumber air itu yang telah dimurnikan?”

“Ya, mata air panasnya tidak mengalir lagi, tapi…”

“Jika aku tidak salah, air itu dapat menyembuhkan luka dan sangat efektif terhadap monster undead?”

“Ya, air suci sangat kuat juga… mudahnya, daripada mengoperasikan mata air panas, keuntungan dari menjual air suci ini pasti akan lebih tinggi.”

Itu sudah jelas.

Bagaimanapun, itu dimurnikan oleh kekuatan dari orang yang agung, itu alami.

“… Ngomong-ngomong, tampaknya kita telah membebani orang agung itu dengan hutang yang berat…”

“… Apa yang harus kita lakukan, pendapatku kita harus berpura-pura tidak menyadari identitas aslinya agar orang agung itu datang berkunjung lagi dengan pikiran yang damai…”

Aku membalas.

“Bagaimana kalau begini. Kita akan mengirim utusan ke Axel, dan mengembalikan uang kompensasinya dengan berbagai cara…”

“… Bagus, kalau begitu ayo lakukan. Dengan syarat, kita harus berterimakasih kepadanya karena telah menyelamatkan kota dan meminta maaf karena telah membebaninya dengan hutang…”

Ayo tunggu orang agung itu berkunjung ke kota ini lagi dan—

Pendeta itu menurunkan kepalanya.

“Baiklah, aku akan melakukan apa yang kau minta, Zesta-sama—“

“Ya, mohon.”

Setelah aku selesai, pendeta itu menunduk ke arahku dan meninggalkan ruangan.

Aku membaca laporan itu lagi dan bergumam dengan bersyukur.

“Aku sangat berterimakasih dengan tulus kepadamu atas nama kultus, Aqua-sama–!”

-Setelah perjalanan-

“Pulang–!”

“Tidak bisakah kau mengatakan ‘Aku pulang’ dengan benar?”

Aqua membuka pintu mansion dengan sangat bersemangat, dan masuk rumah yang telah kita tinggal beberapa hari.

Apa yang aku lakukan saat liburan?

Seperti biasanya, aku terseret ke beberapa hal yang merepotkan, dan kehilangan mood saat aku menyadarinya.

Lupakan, aku mengunjungi mata air panas dan pergi ke pemandian campuran…

… Pemandian campuran.

Hmm? Apa itu sungguh pemandian campuran?

Bukankah aku hanya mandi dengan onee-san itu yang dipanggil Wolback?

Dan kakak itu menutupi tubuhnya dengan handuk dengan sangat aman.

Di mansion, aku bermandi dengan Megumin dan Darkness sebelumnya.

… Hmmm, apa-apaan ini.

Sekarang aku memikirkan itu, bukankah lebih baik jika aku tidak pergi untuk berlibur?

Ara…

“Ada apa? Ada apa dengan wajah aneh itu? Apa itu semacam permainan baru?”

“Aku hanya menirumu. Terlihat sepertimu, kan?”

Selagi aku bertahan terhadap Aqua yang memukulku, Darkness berkata.

“Sungguh, kita baru saja kembali, tidak bisakah kalian berdua beristirahat? Ambil beberapa teh dan tenanglah, kalian berdua.”

Dia melepas armor-nya selagi dia berkata itu dan pergi ke pantry.

“Phew, tempat ini membuatku merasa paling nyaman— meskipun itu tidak berhak untuk seseorang yang mengajukan berjalan-jalan untuk mengatakan itu.”

Megumin berkata selagi dia melompat ke sofa di ruang tamu.

“Hey Megumin, itu tempat duduk suci spesialku!”

“Jika kau menginginkannya, ayo putuskan dengan game.”

Megumin mengeluarkan permainan papan yang dia jago memainkannya dan mulai bermain melawan Aqua.

Aku berkata di ujung lain sofa dan melihat mereka bermain. Darkness saat ini datang ke sini dengan teh yang dia seduh.

Gadis ini selalu sangat ceroboh, aku tidak mengira dia bisa menyeduh teh.

“Nah, Megumin, kau terlalu licik menggunakan arch wizard-mu. Nih, ambil crusader tidak bergunaku, ayo bertukar.”

“Secara taktis, aku tidak butuh crusader itu. Aku menolak untuk bertukar. Giliranmu, Aqua.”

“Hey, erm, yah, aku tahu kalian berdua berbicara tentang permainan, tapi…”

Aku menyeruput tehku selagi aku mendengarkan obrolan mereka yang tak ada artinya.

Mungkin ini karena kami baru saja sampai rumah setelah perjalanan kami, suasana yang santai ini sangat nyaman.

Namun, sesuatu pasti akan terjadi disaat seperti ini.

Aku bisa memberitahunya dari pengalamanku.

“Megumin! Nah, apa Megumin di sini? Dan, apa Kazuma-san di sini juga!?”

Bersama dengan suara yang gelisah, seseorang mengetuk pintu mansion.

Lihatkan, ini dia.

“Sini sini! Apa itu Yunyun? Ada apa, suatu masalah? Mau itu pemimpin pasukan raja iblis ataupun buronan, beritahu aku apa yang mengganggumu.”

Aku menggembar-gemborkannya tanpa henti selagi aku membuka pintu. Yunyun mengedipkan mata kanannya di luar.

Wajahnya memerah.

Dia terengah-engah, apa yang terjadi?

“Erm, erm… ini sangat tiba-tiba… tapi…”

Yunyun terlihat menguatkan dirinya selagi dia menggigit bibirnya.

Aku meminum tehku selagi aku mendorongnya untuk melanjutkan dengan ekspresi ringan.

Aku tidak gentar sekarang, sudah terbiasa dengan perkembangan seperti ini.

“Ada apa Yunyun? Mencariku?”

Megumin berdiri. Yunyun menggelengkan kepalanya dan melihat lurus ke wajahku.

Mencariku? Aku tidak peduli masalah macam apa itu— Ayolah!

Yunyun berteriak ke arahku yang meminum teh dengan santai.

“Aku…! Aku…! Aku ingin mempunyai anak dari Kazuma-san!!”

Aku menyemburkan teh dari mulutku.



PreviousTOCNext